DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
Definisi Akhlak
A. Akhlak terhadap orang tua
Syarat
Menjadi Anak Berbakti
B.
Akhlak
Terhadap Guru
Adab-Adab Menghormati Guru
C.
Realita Anak
Zaman Sekarang
D.
Durhaka
Kepada Orang Tua dan Guru
1.
Definisi Durhaka
2.
Di antara Bentuk Durhaka pada Orang Tua
PENDAHULUAN
Seberapa hormatkah kita sebagai anak kepada orang tua kita?guru kita?mungkin
kata tersebut bukanlah kata yang mesti ditanyakan,karena rasa hormat kepada
orang tua dan guru itu merupakan sebuah kewajiban bagi seorang anak.
Beginilah cara al-Qur’an dan hadits-hadits menjelaskan mengenai kewajiban anak
terhadap orang tua. Mereka harus menghormati, mentaati , berbuat baik dan tidak
berkata buruk atau sesuatu yang menyakitkan kedua orang tua. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan
menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan
sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai
berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan
kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia” QS. Al-Isra’, 17: 23. Karena
kedua orang tua, terutama ibu, telah mengawali melakukan kewajiban dengan kasih
sayang yang dilimpahkan. Sejak anak masih berupa bayi, bahkan masih dalam
kandungan. Hamil dengan penuh beban kesusahan, melahirkan, menyusui, merawat,
mendidik dan menafkahi dan saat melahirkan ibu melakukan taruhan nyawa dan
darah. Semua itu merupakan bentuk kasih sayang yang telah dilakukan kedua orang
tua.
(QS. Luqman, 31: 14 dan QS al-Ahqaf,
46: 15). Jadi, tinggal anak yang berkewajiban untuk menghormati dan memuliakan
kedua orang tuanya.
Namun nyatanya pada zaman yang modern seperti sekarang ini istilah hormat
kepada orang tua itu mulai berkurang.Anak zaman sekarang saat ini banyak sekali
anak yang tidak berbakti kepada orang tuanya dan mulai berlaku tidak sopan
kepada orang tuanya,kebanyakan anak mempunyai pendengaran yang tidak peka pada
perkataan orang tua sehingga mempunyai istilah masuk telinga kanan keluar
telinga kiri.Tidak sedikit anak yang membangkang peintahnya dan menyakiti hati
orang.Sungguh perbuatan yang sangat tercela yang menyakiti orang tua dan
termasuk kedalam golongan anak yang durhaka.
Perlu diketahui orang tua merawat dan mengasuh anak-anakmya hampir sepanjang
hidup mereka, hingga pada sampai saat orang tua menjadi tua dan lemah sehingga
membutuhkan perawatan dan pememeliharaan untuk dirinya. Dan anak-anaknyalah
yang wajib melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah-Nya dan hanya
mengharapkan pahala-Nya.
AKHLAK MUSLIM TERHADAP ORANG TUA dan GURU
Definisi
Akhlak
Akhlak adalah suatu sikap yang melekat dalam jiwa seseorang yang melahirkan
perbuatan-perbuatan berdasarkan kemauan dan pilihan,baik dan buruk, terpuji dan
tercela. Akhlak tersebut melekat menjadi tabiat jiwa karena pengaruh pendidikan
baik dan buruk. Seorang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling
sempurna akhlaknya dan akhlak merupakan amalan yang paling utama serta
merupakan amalan yang paling banyak memasukkan ke surga.
Akhlak berasal dari bahasa arab
yaitu alkhulq, al-khuluq yang mempunyai arti watak, tabiat. Secara istilah
akhlak menurut Ibnu Maskawi adalah sesuatu keadaan bagi jiwa yang mendorong ia
melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan
pertimbangan. Keadaan ini terbagi dua, ada yang berasal dari tabiat aslinya,
ada pula yang diperoleh dari kebiasaan yang berulang-ulang. Boleh jadi, pada
mulanya tindakan itu melalui pikiran dan pertimbangan, kemudian dilakukan terus
menerus, maka jadilah suatu bakat dan akhlak.
A. Akhlak terhadap orang tua
Orang tua
adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak
akan pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan
kenikmatan yang tak terhingga banyaknya, plus berbagi rizki yang kita peroleh
dan kedudukan yang kita raih. Orang tua sering kali mengerahkan segenap jerih
paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita. Mereka bersedia kurang
tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-kesenangan
kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai
penderitaan dan mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik. Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah mempunyai peranan yang sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing, berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa di balas. Orang tua adalah orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
Kewajiban anak adalah penghormatan (dan tentu ketaatan) dan haknya adalah
memperoleh kasih- sayang. Idealnya, prinsip ini tidak bisa dipisahkan. Artinya,
seorang diwajibkan menghormati jika memperoleh kasih-sayang. Dan orang tua
diwajibkan menyayangi jika memperoleh penghormatan. Ini timbal balik, yang jika
harus menunggu yang lain akan seperti telur dan ayam. Tidak ada satupun yang
memulai untuk memenuhi hak yang lain. Padahal biasanya, seseorang memperoleh
hak jika telah melaksanakan kewajiban. Karena itu, yang harus didahulukan
adalah kewajiban. Tanpa memikirkan hak yang mesti diperoleh. Orang tua
seharusnya menyayangi, dengan segala perilaku, pemberian dan perintah kepada
anaknya, selamanya. Begitu juga anak, harus menghormati dan memuliakan orang
tuanya, selamanya. Sebagai wujud bakti kita terhadap orang tua, kita harus
mengetahui mana akhlak yang harus kita lakukan dan kebiasaan buruk yang harus
kita jauhi agar tidak menyakiti hati orang tua.
Allah mewasiatkan agar berterima kasih kepada kedua orang tua disamping
bersyukur kepadaNya. Allah juga memerintahkan agar sang anak memperlakukan
kedua orang tua dengan cara yang baik walaupun mereka memaksanya berbuat kufur
terhadap Allah. Berdasarakan ini anda tahu, bahwa yang disyariatkan bagi anda
adalah tetap memperlakukan ayah anda dengan baik, tetap berbuat baik kepadanya
walaupun ia bersikap buruk terhadap anda. Terus berusaha mengajaknya kepada
al-haq. Kendati demikian, anda tidak boleh mematuhinya dalam hal kemaksiatan.
Sebagai wujud rasa berterima kasih kita terhadap orang tua tentulah tidak cukup
hanya dengan mengucapkan rasa syukur dan terima kasih. Kasih sayang orang tua
harus kita balas juga dengan kasih sayang dengan cara berbakti kepada mereka
dengan tiada akhir. Meskipun si anak sudah dewasa dan berkeluarga, anak masih
memiliki kewajban dan tanggung jawab terhadap orang tuanya.
Syarat
Menjadi Anak Berbakti
Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi, agar seorang anak bisa disebut
sebagai anak yang berbakti kepada kedua orang tuanya:
1. Lebih mengutamakan ridha dan kesenangan kedua orang
tua daripada ridha diri sendiri, isteri, anak, dan seluruh manusia.
2. Menaati orang tua dalam semua apa yang mereka
perintahkan dan mereka larang baik sesuai dengan keinginan anak ataupun tidak
sesuai dengan keinginan anak. Selama keduanya tidak memerintahkan untuk
kemaksiatan kepada Allah.
3. Memberikan untuk kedua orang tua kita segala sesuatu
yang kita ketahui bahwa hal tersebut disukai oleh keduanya sebelum keduanya
meminta hal itu. Hal ini kita lakukan dengan penuh kerelaan dan kegembiraan dan
selalu diiringi dengan kesadaran bahwa kita belum berbuat apa-apa meskipun
seorang anak itu memberikan hidup dan hartanya untuk kedua orang tuanya.
B.
Akhlak
Terhadap Guru
Sebagai penuntut ilmu, sesungguhnya
kewajiban menuntut ilmu merupakan suatu kewajiban yang Allah berikan kepada
setiap muslim dan muslimah. Seorang muslim berkewajiban untuk menuntut ilmu
yang dengannya ia dapat beribadah dengan benar dan sesuai dengan ketentuan
syari’at.
Allah
berfirman yang artinya :
“Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat”.
Hendaknya seorang muslim meniatkan upaya menuntut ilmu tersebut untuk mencari
ridha Allah semata, ditujukan agar menuntut ilmu tersebut ia dapat mengerti apa
yang diwajibkan dan diharamkan Allah terhadapnya. Maka ilmu utama yang harus ia
cari adalah ilmu-ilmu yang berkaitan dengan tugas hidupnya sebagai hamba Allah,
yaitu untuk beribadah. Adapun ilmu-ilmu yang berkaitan dengan kehidupan sosial,
seperti kedokteran, matematika, fisika, pengetahuan alam dan ilmu-ilmu lainnya,
maka yang demikian itu merupakan suatu keutamaan jika ia mempelajarinya.
Untuk memperoleh ilmu tersebut, tentulah kita membutuhkan orang yang ahli dalam
bidang ilmu. Orang yang ahli dalam bidang ilmu adalah guru. Sebagaimana orang
tua kita, ternyata guru juga mempunyai jasa yang sangat besar kepada kita.
Mereka mengajari kita ilmu yang berguna, mendidik ahklaq, tentunya kita juga
wajib mencintai dan menghormatinya, menyenangkan hatinya dan memperlakukannya
dengan baik. Menerima pelajaran yang diberikan guru dengan hati yang penuh rasa
ikhlas, perasaan senang, mematuhi perintahnya tentunya akan bermanfaat bagi
kita sendiri.
Sabda
Rosululloh saw :
مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ
فِيهِ عِلْمًا سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ
“Barang siapa menempuh jalan dalam rangka menuntut
ilmu padanya, Alloh mudahkan baginya dengannya jalan menuju syurga”.
Murid yang
sopan dan rendah hati akan mudah mendapatkan ilmu dan mendapatkan manfaatnya.
Sebaliknya murid yang sombong dan tidak sopan hanya akan menambah kesombongan
dan meperburuk perilakunya.
Adab-Adab Menghormati Guru :
1. Mulai memberi salam dan hormat.
2. Banyakkan berdiam diri.
3. Meminta izin guru untuk bertanya.
4. Jangan sekali-kali berhujah dengan guru.
5. Tunjukkan sikap menerima pendapatnya.
6. Tidak menyinggung perasaannya.
7. Duduk bersopan dan tenang di hadapan guru.
8. Cari masa yang sesuai untuk bertanya.
9. Sentiasa berbaik sangka dengan guru.
10.
Tidak
memandang besar kelemahannya kerana dia juga manusia biasa.
11.
Memberikan
segala keutamaan terhadap guru.
12.
Sentiasa
merendah diri kepadanya.
C. REALITA ANAK ZAMAN SEKARANG
C. REALITA ANAK ZAMAN SEKARANG
Orang tua
merawat dan mengasuh anak-anaknya hampir sepanjang hidup mereka,sejak sang ibu
mengandung seorang anak selama kurang lebih selama 9 bulan,mungkin bisa kita
ibaratkan kita sedang menggendong tas yang berisi buku-buku yang menambah beban
pikul kita waktu berangkat kuliah,mungkin akan terasa berat dan capek sehingga
mengurangi buku itu dan mungkin kalau sudah diambang batas buku yang ada dalam
tas itu kita keluarkan atau bahkan kita lempar sejauh mungkin karena menyebabkan
punggung kita sakit. Berbeda jauh dengan sang ibu yang yang sedang
mengandung,dia tidak pernah mengeluh bahkan sang ibu sangat senang dengan
sepenuh hati saat sedang mengandung,kasih sayangnya dia sampaikan dengan
mengelus-elus perutnya sambil memejamkan matanya penuh harapan kepada sang
illahi dengan harapan semoga anak yang dikandungnya ini menjadi anak yang
sholeh dan berbakti kepada orang tuanya.
Berbeda
dengan perjuangan seorang ayah dalam mencari rejeki yang halal untuk memenuhi
kebutuhan keluarganya terutama pada sang anak yang dalam masa kandungan.Pada
pagi hari sang ayah pergi bekerja dan terus bekerja hingga larut malam.
Dan Kami
perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya ;
ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah , dan
menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu
bapakmu , hanya kepadaKu-lah kembalimu . Dan jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu,
maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia
dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepadaKu”.
Orang tua semakin lama semakin termakan oleh usia mereka menjadi tua rentan dan
melemah. Kulit ibu yang cantik semakin tua semakin mengkerut, ayah yang biasa
menggendong kini tulang punggungnya semakin rapuh dan bungkuk. Mereka menjadi
sangat tua dan lemah sehingga membutuhkan perawatan dan pememeliharaan untuk
dirinya. Dan tidak ada lagi orang selain anak-anaknyalah yang wajib
melakukannya sebagai bentuk ketaatan kepada perintah-Nya dan hanya mengharapkan
pahala-Nya.
Namun kenyataannya pada zaman sekarang ini Panti Jompo masih sangat penuh
oleh orang tua.Panti jompo adalah suatu tempat orang tua. Maksudnya, merekalah
orang tua yang dicampakkan oleh anaknya atau lebih parahnya si anak itu sudah
malas merawat orang tuanya yang sudah tua, karena orang tuanya selalu merengek
kesakitan karena penyakit umurnya sehingga si anak itu merasa risih dan terganggu
karena keberadaannya,ada juga karena sang anak lebih mengutamakan kebebasan
semu dari pada bakti kepada orang tuanya .Berbeda sekali dengan orang tua yang
merawat sang anak dari kecil hingga dewasa sampai sekarang ini. Mereka selalu
memberikan yang terbaik untuk anak-anaknya dengan penuh kasih sayang dan tidak
pernah ada rasa keluh kesal didalam hati mereka.
Masih banyak juga anak yang masih sangat malas untuk melayani dan merawat orang
tua.Seperti kejadian yang seperti ini, “Nak,bisa tolong belikan ibu garam dapur
ke warung?Ibu sedang masak kehabisan garam”,suruh seorang kepada anaknya.
Namun,si anak menjawab,”ah,bu malas
aku barus aja pulang sekolah”.
Mungkin percakapan seperti ini sudah
sering kita dengar dan bahkan pernah kita alami.
Sungguh si anak itu telah menjawab
dengan perkataan yang salah dan durhaka. Padahal garam juga untuk kebutuhan
makan si anak. Bagaimana rasa sayur tanpa garam tentu tidak enak. Bahkan ironis
sekali ada juga orang tua yang secara tidak sadar dianggap sebagai pembantu.
Mereka membersihkan rumah, mencuci pakaian, dan menjadi pengasuh anak dari si
anak yang sudah berumah tangga.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda, “Sungguh merugi,
sungguh merugi, dan sungguh merugi orang yang mendapatkan kedua
orangtuanya yang sudah renta atau salah seorang dari mereka kemudian hal itu
tidak dapat memasukkannya ke dalam surga.
D.
DURHAKA KEPADA ORANG TUA dan GURU
Definisi Durhaka
Kata al-’uquuq (durhaka) berasal
dari kata al-’aqq yang berarti asy-syaq (mematahkan) dan al-qath’u atau dalam
bahasa Arab disebut al-’aaq (anak yang durhaka). Jamak dari kata al-’aaq adalah
al-‘aqaqah. Yang dimaksud dengan al-’uquuq (durhaka) adalah mematahkan
“tongkat” ketaatan dan “memotong” (memutus) tali hubungan antara seorang anak
dengan orang tuanya. Jadi, yang dimaksud dengan perbuatan durhaka kepada kedua
orang tua adalah mematahkan “tongkat” ketaatan kepada keduanya, memutuskan tali
hubungan yang terjalin antara orang tua dengan anaknya. Seorang anak
dikatakan telah durhaka kepada orang tuanya jika dia tidak patuh dan tidak
berbuat baik kepadanya, meninggalkan sesuatu yang disukai keduanya, dan tidak
menaati apa yang diperintahkan atau diminta oleh mereka berdua.
Di antara
Bentuk Durhaka pada Orang Tua
’Abdullah
bin ’Umar radhiyallahu ’anhuma berkata,
إبكاء الوالدين من العقوق
”Membuat orang tua menangis termasuk bentuk durhaka pada orang tua.”
Mujahid
mengatakan.
لا ينبغي للولد أن يدفع يد والده إذا ضربه، ومن شد النظر إلى والديه لم يبرهما، ومن أدخل عليهما ما يحزنهما فقد عقهما
“Tidak sepantasnya seorang anak menahan tangan kedua orang tuanya yang ingin memukulnya. Begitu juga tidak termasuk sikap berbakti adalah seorang anak memandang kedua orang tuanya dengan pandangan yang tajam. Barangsiapa yang membuat kedua orang tuanya sedih, berarti dia telah mendurhakai keduanya.”
Ka’ab Al
Ahbar pernah ditanyakan mengenai perkara yang termasuk bentuk durhaka pada
orang tua, beliau mengatakan,
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.”
إذا أمرك والدك بشيء فلم تطعهما فقد عققتهما العقوق كله
“Apabila orang tuamu memerintahkanmu dalam suatu perkara (selama bukan dalam maksiat, pen) namun engkau tidak mentaatinya, berarti engkau telah melakukan berbagai macam kedurhakaan terhadap keduanya.”
Oleh karena
itu berbuat baiklah kepada orang tua dan guru selagi masih ada kesempatan untuk
berbakti kepada mereka. Terutama berbakti kepada ibu.
Dalam kedua
kitab Shahih diriwayatkan, “Seseorang
datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya, Wahai
Rasulullah, siapakah yang berhak mendapatkan perlakuan baik? Rasulullah
Shallallahu Alaihi wa Sallam menjawab, Ibumu. Beliau bertanya, Kemudian siapa?
Rasulullah menjawab, Ibumu la bertanya lagi, Kemudian siapa lagi? la menjawab,
ibumu. la bertanya lagi, kemudian siapa? Beliau menjawab, ‘Ayahmu. Kemudian
yang paling dekat dan yang paling dekat.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengulangi kewajiban berbakti kepada seorang
ibu hingga tiga kali sedangkan berbakti kepada ayah satu kali. Hal itu
disebabkan karena derita yang dialami seorang ibu lebih besar dari pada yang
dialami seorang ayah dan kasih sayang yang diberikannya juga lebih besar
daripada ayah. Belum lagi kalau dibandingkan dengan beratnya mengandung,
kontraksi, melahirkan, menyusui, dan berjaga malam.
Pengorbanan ibu terhadap kita sebagai anak sungguhlah besar. Tidak ada materi
berupa uang, dan harta untuk membalas jasa seorang ibu melainkan menjadi anak
yang saleh dan berbakti kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar